Senin, 04 Januari 2016

DARI KPMDB OLEH MAHASISWA UNTUK BREBES

(KPMDB Wilayah Semarang)

KPMDB (Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah Brebes) adalah sebuah organisasi lingkup pelajar daerah Brebes, yang berdri pada tanggal 19 Desember tahun 1964. Organisasi ini merupakan wadah bersatunya pelajar-pelajar daerah Brebes yaitu sebagai media Komunikasi, aktualisasi, dan partisipatif dalam melaksanakan dan pengembangan organisasi yang professional, wadah kaderisasi pelajar dan mahasiswa Brebes untuk mempersiapkan kader-kader bangsa pada umumnya dan daerah pada khususnya, dan pembelajaran sosial pada masyarakat di daerah brebes yang tersebar di wilayah nusantara. Dalam halnya urusan berorganisasi, KPMDB memiliki Anggran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sendiri yang ditetapkan pada saat Musyawarah Nasional Keluarga Pelajar Daerah Brebes, yang menunjukan bahwa KPMDB punya visi dan misi dalam menjalankan segala kegiatan, senafas dengan ideology bangsa ini yaitu pancasila, KPMDB ingin mewujudkan sila ke-3 yaitu persatuan Indonesia, dengan miniatur terkecil sebagai landasan fundamental terlebih dahulu, yaitu dengan adanya Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah Brebes. Dalam menjalankan sistem keorganisasiannya, KPMDB terbagi menjadi 3 bagian, sesuai dengan anggaran dasar KPMDB pasal 12 yang menyebutkan bahwa KPMDB terdiri yaitu KPMDB Pusat, KPMDB Wilayah, dan KPMDB Komisariat.
Induk dari KPMDB itu sendiri berasal dari keberadaan KPMDB Pusat, yang kemudian dibantu dalam menjalankan visi dan misinya oleh KPMDB Wilayah yang tersebar di wilayah Nusantara, bak seperti Negara kesatuan, tetapi dalam menjalankan urusan pemerintahannya memakai sistem federalis . Wilayah tersebut meliputi, KPMDB Wilayah Cirebon, KPMDB Wilayah Bergas (Brebes, Tegal dan Slawi), KPMDB Wilayah Bogor, KPMDB Wilayah Bandung, KPMDB Wilayah Jakarta, KPMDB Wilayah Semarang, KPMDB Wilayah Surakarta, KPMDB Wilayah Yogyakarta, KPMDB Wilayah Purwokerto, KPMDB Kediri, dan KPMDB wilayah Pekalongan. Kemudian dalam halnya melaksanakan progam kerja yang telah ditetapkan berdasarakan rancangan kerja, KPMDB wilayah dibantu oleh Komisariat yang berada dalam lingkup wilayah tersebut. Setiap wilayah memiliki kekhasan masing-masing dalam menjalankan wewenangnya, sama halnya dengan komsiariat, karena dalam sistem organisasi KPMDB menggunakan sistem desentralisasi, yang artinya setiap wilayah maupun komisariat berhak menjalankan urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan wewenang yang telah diberikan asalkan tidak melanggar anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang telah ditetapkan.
Dalam halnya menjalankan roda organisasi, KPMDB juga tidak terlepas dari sentuhan para senior-senior yang turut andil dalam menlaksanakan urusan keorganisasiannya. Hal ini juga bisa bermanfaat dalam sisi kekeluargaannya, karena pada dasarnya KPMDB itu sendiri mempunyai tujuan secara internnya, yaitu menjalin silaturahmi yang kuat dengan sesama pelajar Daerah Brebes. Dari menjalin tali silaturahmi dengan senior-senior yang ada diharapkan akan ada sebuah relasi yang berkenlajutan yang akan terus dibangun dengan semangat kekeluargaan.
Dari banyaknya anggota KPMDB yang semuanya adalah mahasiswa, KPMDB bisa juga sebagai sarana mahasiswa untuk  mengeluarkan asprasinya terhadap apa yang menjadi kebutuhan akan daerahnya. Seperti diskusi-diskusi tentang kedaerahan yang digalangi oleh mahasiswa Brebes melalui wadah KPMDB. Hasil dari diskusi biasanya menjadi tolok ukur dalam mahasiswa melaksanakan pengabdian msyarakat di Brebes. Mahasiwa pada umumnya disebut sebagai kaum intelektual yang menggagas kemajuan bangsa dituntut untuk bisa setidaknya menyelesaikan permasalahan yang timbul di negaranya, terlebih kecilnya yaitu permasalahan yang ada di daerah Brebes. Setiap mahasiswa memiliki ideologi masing-masing. Ditiap langkah yang dia putuskan mengandung beberapa unsur yang dipengaruhi dari internal maupun eksternal. Hal tersebut tidak perlu menjadikannya goyah sedikitpun. Ketika mahasiswa memiliki suatu pemahaman, kemudian timbul kesadaran dan pada akhirnya keyakinan atas ide tersebut. Maka hal itu akan menuntunnya ke langkah yang lebih pasti. Namun perlu diingat kembali bahwa niatan awal mahasiswa yaitu mengabdi pada masyarakat dikemudian hari. Perlunya mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi tidak hanya ketika menjelang lulus ataupun saat pasca lulus. Hal tersebut harus sudah diaplikasikan minimal pada saat memulai masuk di perguruan tinggi. Menjadi tanggung jawab masing-masing ketika seorang mahasiswa yang telah di wisuda namun belum ahli menjadi masyarakat sosial yang seutuhnya.
Mengetahui medan  kehidupan beserta perangkatnya. Mahasiswa dengan keberanian yang luar biasa dan mampu menciptakan lingkungan yang bermartabat pada hari ini masih sulit. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa hal ideal tersebut bisa diwujudkan. Kerjasama antar mahasiswa khususnya mahasiwa daerah Brebes dalam hal saling memahamkan baik dalam perkuliahan maupun dalam kehidupan bersosial yang sesungguhnya. Saling mendukung dalam hal yang positif tentu memberikan nilai lebih dalam tumbuh kembangnya diri mahasiswa. Unggul dan berkualitas saling memiliki keterkaitan satu sama lain. Hal tersebut dibutuhkan oleh mahasiswa untuk menjadi seseorang yang ahli di bidangnya. “Manusia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain, dan itu berbeda.” Pelengkap bagi mahasiswa satu dengan yang lainnya yaitu kelebihan yang dimilikinya tersebut. Keserasian serta kekompakan dalam setiap gerakan mahasiswa perlu ditata ulang. Mahasiswa hari ini sebagai tonggak kedaulatan rakyat. Itu menjadi sebuah acuan sinergitas mahasiwa daerah Brebes dalam berfikir dan melakukan tindakan. Ketidakmampuan mahasiswa dalam setiap geraknya perlu dikaji ulang. Evaluasi sedini mungkin dapat menekan laju ketertinggalan. Para elite mahasiswa juga cenderung mendongak tanpa memikirkan kerendahan yang dia punya. Ironis, tanpa ampun. Dari pembelajaran yang didapat pada waktu perkuliahan sesuai dengan bidangnya masing-masing, mahasiswa dituntut untuk mampu merealisasikan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegera. Menunut pada teori Antonio Gramsci tentang hegemoni dan peran intelektual organic yang diaktualisasikan dan dihubungkan dengan mahasiswa, mahasiswa bisa dikatakan dalam sebuah sistem berada pada posisi “kaum pengkritik”. Kaum pengkritik ini bisa dianalogikan dengan istilah kaum penekan atau pressure group. Sebagai kaum penekan dan pengkritik, mahasiswa hanya bisa berperan ketika suatu kebijakan dikeluarkan oleh negara. Mahasiswa tidak bisa berperan secara signifikan dan fundamental dalam proses sebelum kebijakan tersebut dikeluarkan dikarenakan akses mahasiswa untuk masuk ke dalam suatu sistem memang terbatas. Dalam hal ini, saya melihat bahwa di dalam suatu sistem mahasiswa sekarang ini, hanya berperan sebagai intelektual tradisionil bukan sebagai intelektual organik. Intelktual tradisionil yaitu terlihat independen, otonom, serta menjauhkan diri dari kehidupan masyarakat, mereka hanya mengamati serta mempelajari kehidupan masyarakat dari kejauhan dan seringkali bersifat konservatif (anti terhadap perubahan). Sedangkan yang kedua adalah Intelektual Organik, mereka adalah yang sebenarnya menanamkan ide, menjadi bagian dari penyebaran ide-ide yang ada di masyarakat dari kelas yang berkuasa, serta turut aktif dalam pembentukan masyarakat yang diinginkan. Aktivitas-aktivitas intelektual yang dilakukan mahasiswa hanyalah aktivitas-aktivitas intelektual biasa bukan aktivitas-aktivitas intelektual yang berperan dalam proses pengambilan kebijakan suatu negara. Tetapi dalam hal ini eksistensi dan peran mahasiswa sebagai kaum penekan dan pengkritik tidak boleh dihilangkan.
Dari penjelasan tersebut lantas dijadikan gambaran KPMDB yang terdiri dari kaum-kaum intelektualitas tinggi untuk membuat tujuan dalam menjalankan roda organisasi, tujuan yang tertuang dalam Anggran Dasar KPMDB pasal 7 yaitu “mempersiapkan kader-kader intelektual, yang bertanggung jawab dan berperan dalam kemajuan pembangunan daerah, meningkatkan dan mempererat rasa kekeluargaan dalam menuju kedewasaan berfikir, menjalin keselarasan hubungan atau pelayanan terhadap masyarakat secara aktif melalui kegiatan yang terarah dan kreatif dalam pelaksanaan ilmu, dan ikut berperan aktif dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur sesuai dengan cita-cita Bangsa dan Negara Indonesia.
Menjelaskan tentang bagaimana tujuan dari KPMDB itu sendiri yang diaktori oleh mahasiswa memang dari segi penjelasan sangat mulia sekali apabila bisa terealisasi serta bisa memanifestasikan apa yang ada dalam tujuan KPMDB yang tertuang dalam anggaran dasar tersebut. Mempersiapkan kader-kader intelektual yang bertanggung jawab dan berperan dalam pembangunan daerah ini pun diperlukan kesadaran akan dirinya, tentang bagaimana menyikapi suatu permasalahan daerahnya yang multidimensi, apakah akan selamanya kita duduk manis kuliah sampai datang waktu para mahasiswa nantinya telah mendapatkan suatu penghargaan setelah lulus tanpa bisa memberikan sumbangsi pemkiran dan tindakannya dalam urusan pembangunan daerah. Merujuk pada tujuan yang kedua, yaitu menjalin kelarasan hubungan atau pelayanan terhadap masyarakat secara aktif melalui kegiatan yang terrarah dan kreatif dalam pelaksanaan ilmu akan mustahil dilakukan apabila unsur yang pertama tidak bisa terpenuhi, pelayanan yang nantinya akan diberikan kepada masyarakat daerah oleh kaum intelektual perlu adanya rasa tanggung jawab yang besar, bukan sekedar tanggung jawab memenuhi kebutuhan akan dirinya, maka dari itu pantas saja dalam menlajankan pelayanan kepada masyarakat akan sulit diakukan apabila pada setiap kader itu sendiri tidak memiliki rasa tanggung jawab akan kemajuan daerahnya. Melihat peran aktif mahasiswa dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sesuai cita-cita Bangsa dan Negara khususnya untuk daerah Brebes, perlu adanya pergerakan kolektif yang dibangun, pergerakan kolektif yang dimaksud disini adanya kesadaran bersama yang dirasakan oleh mahasiswa akan perannya terhadap masyarakat, asas progresif revolusioner harus digagas dengan baik dan secara matang. Sistem gotong royong yang dulunya sempat menjadi budaya bangsa kita dan sekarang mulai luntur oleh adanya era modern sekarang, dengan mana sifat individualism yang menjadi musuh utama bangsa kita. Kesadaran muncul dari beberapa faktor, bisa melalui apa yang dia lihat, apa yang dirasakan yang mengakibatkan keresahan hati, dan berdasarkan cerita sejarah yang berbanding terbalik dengan realita sekarang. Kebersamaan dalam menumbuhkan kesadaran dibutuhkan cukup waktu untuk menanamkannya. Tetapi tidak cukup sulit apabila kita ingin mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur apabila kita selaku kaum intelektual memiliki nilai kesadaran yang tinggi akan suatu permasalahan yang dihadapinya, yang kemudian akan muncul gerakan gotong royong dalam menyelesaikan masalah tersebut. Bung karno dalam pidatonya pada siding BPUPKI I yang tertanggal 1 Juni 1945 mengatakan “Gotong royong adalah faham yang dinamis, lebih dinamis dari kekeluargaan, kekeluargaan adalah faham yang statis, tetapi gotong royong menggambarkan suatu usaha, satu amal, satu pekerjaan, yang dinamakan satu gawe”.
Melihat permasalahan di Brebes yang multidimensi dari faktor sosial, ekonomi dan politik, kaum intelektual harus bisa setidaknya memberikan gagasan tentang bagaimana memecahkan permasalahan tersebut dan memberikan suatu tindakan nyatanya dalam sebuah pergerakan. Dengan ruang gerak seadanya bukan menjadi sebuah alasan untuk kita bergerak dalam hal dan tujuan yang dicita-citakan bersama. Tetapi dalam halnya Negara demokrasi, perlu adanya sebuah permusyawaratan yang akan melahirkan permufakatan bersama, prinsip mufakat yang dimana prisip ini kemudian melahirkan demokrasi dengan prinsip perwakilan rakyat, dalam halnya mencetuskan tujuan dan cita-cita KPMDB yang tertuang didalam AD/ART itu merupakan hal kecil dari hasil permusyawaratan yang melahirkan kata mufakat dan diamini oleh semua anggota, dan sebagai suksesornya memiliki perwakilan mahasiswa yang memimpin. Namun itu merupakan awal, atau tonggak dasar menuju pintu gerbang kesejahteraan dari semua tujuan dan cita-cita yang tertuang yang kemudian akan dikemas sedemikian rapi dalam hal pergerakan. Melihat kembali peran mahasiswa yang memliki peran sebagai agent of change, social control, dan iron stock. Dengan fungsi tersebut, tugas besar diemban mahasiswa yang diharapkan dapat mewujudkan perubahan bangsa yang sudah sangat semrawut ini.
Kebupaten brebes yang memilik luas wilayahnya 1.902,37 km², jumlah penduduknya sekitar 1.732.719 jiwa (2010), merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk paling banyak di Jawa Tengah, dan paling luas di Jawa Tengah ke-2 setelah Kabupaten Cilacap. Melihat data dengan jumlah yang seperti itu, maka dalam mewujudkan suatu kesejahteraan dibutuhkan tenaga bersama, kesadaran bersama dan pergerakan bersama. Paham nasionalisme yang diusung oleh para pendahulu kita bukan cuman sebuah negeri yang cuman hanya tinggal kata-kata. Itu akan tertanam dalam lubuk lerung hati paling dalam. Kondisi ini membuat kita merasa pesimis akan seperti apa daerah kita kedepannya ? Hingga akhirnya bermuara pada satu pertanyaan, adakah pemimpin sekaligus negarawan yang mampu membawa perubahan? Mahasiswa sebagai kaum intelektual yang punya intelegensi tinggi diharapkan mampu menjawab pertanyaan tersebut. Nasionalisme yang kemudian dipersempit menjadi daerahisme, yaitu cinta akan daerahnya yaitu tanah yang menjadi tempat kelahiran kita, tempat kita bernaung dalam kehidupan, dan tempat dimana kita akan melangkah sejauh apapun pada akhirnya kita kembali lagi. Semoga nantinya mahasiswa sebagai penggagas akan kemajuan daerahnya dari segi ekonomi, politik dan sosial mampu menajadi ujung tombak akan mencapai keberhasilan tersebut, dengan semangat kepemudaan yang tidak pernah luntur dan idealism yang selalu menjadi pijakan dalam membuat sebuah kebijakan. Semoga dengan adanya Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah Brebes peran mahasiswa daerah akan lebih terealisasi sesuai apa yang dicita-citakan, dan KPMDB akan tetap perdampingan bersama pemerintah daerah dalam khusunya menggagas tentang kemajuan daerah Kabupaten Brebes.







Share:

KPMDB WILAYAH SEMARANG

Diberdayakan oleh Blogger.